AUTOINDO.ID, PHILLIP ISLAND–Angin laut selatan Australia berhembus kencang di atas lintasan Phillip Island, membawa aroma asin yang berpadu dengan panas mesin dan semangat para pembalap. Hari itu, Minggu, 21 Oktober 2025, sirkuit legendaris ini bukan sekadar arena adu cepat—tetapi saksi lahirnya babak baru dalam sejarah balap motor dunia. Di sinilah Aprilia Racing menulis kisah emasnya: kemenangan ke-300 di ajang Grand Prix.
Bezzecchi dan Seni Mengelola Tekanan
Di antara deru mesin dan sorak penonton, Marco Bezzecchi menunjukkan kelasnya. Dengan ketenangan seorang seniman di atas lintasan, pembalap asal Italia itu memulai balapan dari posisi kedua. Ia langsung menyergap posisi terdepan di tikungan pertama, memimpin dengan percaya diri—namun dua penalti long lap menantinya, warisan dari insiden di seri Indonesia.
Tak banyak pembalap yang mampu mempertahankan fokus dalam situasi seperti itu. Tapi Bezzecchi berbeda. Ia menuntaskan penalti dengan presisi, kembali ke trek di posisi keenam, dan mulai menyalip satu per satu pesaingnya seperti sedang menulis ulang nasibnya sendiri. Ketika bendera finis dikibarkan, namanya tercatat di posisi ketiga—comeback brilian yang menjadi podium ke-12 musim ini, menambah daftar prestasinya yang sudah gemilang di Silverstone, Mandalika, Misano, dan Australia.
“Saya sangat puas karena bisa mengelola balapan dengan baik dan tampil tangguh sejak awal,” ujar Bezzecchi usai balapan. “Saya sudah menyiapkan strategi: ambil posisi depan, buka jarak tipis, lalu jalani dua long lap tanpa kehilangan banyak posisi dan semuanya berjalan sesuai rencana. Semua ini berkat kerja luar biasa tim saya; strategi kami, mulai dari pengelolaan ban sampai eksekusi penalti, benar-benar hasil dari kerja mereka.”
Savadori: Perjuangan di Tengah Rasa Nyeri
Sementara Bezzecchi menjadi pusat perhatian di podium, Lorenzo Savadori menjalani balapan dengan keberanian yang tak kalah besar. Masih belum sepenuhnya pulih dari kecelakaan di sesi kualifikasi Q1, ia tetap memilih untuk turun balapan menggantikan Jorge Martín. Dengan tubuh yang belum fit sepenuhnya, Savadori menaklukkan 27 lap Phillip Island dan finis di posisi ke-16—bukan hasil spektakuler, tapi simbol dedikasi seorang pejuang sejati.
“Balapan kali ini sangat berat secara fisik,” katanya jujur. “Kondisi saya belum sepenuhnya fit, tapi kami tetap bisa finis dengan kecepatan yang solid. Meski akhir pekan ini sulit karena insiden hari Sabtu, saya senang Aprilia meraih kemenangan ke-300. Saya bangga bisa menjadi bagian dari project ini.”

Fernández dan Kemenangan yang Menggema
Dan di puncak hari penuh emosi itu, Raúl Fernández dari tim Trackhouse MotoGP mengunci kemenangan perdananya di kelas utama. Kemenangan itu bukan hanya miliknya—tapi milik seluruh keluarga besar Aprilia Racing. Sebab hasil itu menandai kemenangan Grand Prix ke-300 dalam sejarah panjang pabrikan asal Noale, Italia. Sebuah pencapaian yang meneguhkan Aprilia sebagai pabrikan Eropa tersukses sepanjang masa.
“Kemenangan ke-300 ini menjadi babak bersejarah dalam perjalanan Aprilia Racing,” ujar Massimo Rivola, CEO Aprilia Racing. “Pencapaian ini adalah hasil dari dedikasi seluruh tim di Noale yang terus mendorong batas inovasi dan performa. Meraih tonggak ini di sirkuit menantang seperti Phillip Island, bersama tim Trackhouse MotoGP dan Raúl yang sudah lama bersama motor Aprilia, adalah prestasi luar biasa. Hari ini Marco mencetak babak istimewa dalam sejarah balap motor, bukti kematangannya di lintasan. Kami sangat bangga dengan pembalap, tim, dan merek ini.”
Lebih dari Sekadar Balapan
Phillip Island selalu punya cara menguji nyali dan mental pembalap, tapi bagi Aprilia Racing, lintasan ini juga menguji makna dari kata ketekunan. Dari bengkel kecil di Noale hingga menjadi ikon dunia balap, Aprilia telah membuktikan bahwa kecepatan sejati lahir dari keberanian untuk terus berkembang—bahkan di saat menghadapi penalti, cedera, dan tekanan publik.
Hari itu, bukan hanya motor yang melaju kencang. Semangat Aprilia pun menembus batas sejarah.