AUTOINDO.ID, JAKARTA–Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia(AISI) bersama Forwot menggelar Ngovsan(ngobrol virtual santai) membahas dampak kenaikan BBM terhadap perekonomian nasional dengan narsum Hari Budianto – Sekjen AISI, Kukuh Kumara – Sekum GAIKINDO dan Esther Sri Astuti – Program Director INDEF. Kenaikan BBM beberapa waktu lalu yang telah di tetapkan oleh pemerintah tak dapat dipungkiri berdampak kepada semua sektor termasuk industri otomotif. Apakah penyesuaian atau kenaikan tarif BBM ini dapat mengganggu ritme penjualan di industri otomotif?
Kukuh Kumara, Sekretaris Umum Gaikindo memaparkan, “Dengan adanya penyesuaian harga bahan bakar yang baru saja diumumkan oleh pemerintah, status industri otomotif Indonesia dibanding dengan negara-negara lain. Seperti biasa ada di rangking ke-15 ini sebuah tantangan tersendiri sebetulnya, sudah masuk kelompok negara-negara produsen kendaraan bermotor yang memproduksi satu juta, one millian klub otomotif patut disyukuri dan kita jaga kalau bisa kita naik kelas karena udah beberapa tahun ini jualannya juga turun, ada di ranking 16 dunia. Walaupun penjualan menurun dibanding yang sebelumnya sebelum masa pandemi sekitar 887 berharap dengan perkembangan terakhir bisa menjaga momentum itu dan meningkatkan naik kelas lagi menjadi di kelompok satu juta lagi. Tantangan yang tidak ringan karena pesaing juga banyak, yang paling dekat adalah dengan Thailand kalau dari sisi produksi di Thailand 1,6 sedangkan Indonesia di 1,1 pesaing baru di kawasan Asean ada Vietnam yang cukup agresif untuk mengembangkan industri otomotif. Itulah tantangan tantangan yang harus dihadapi oleh Indonesia sehingga kita bersama harusnya bisa bersatu padu agar berkembang lebih baik,” tuturnya.
![](https://i0.wp.com/autoindo.id/wp-content/uploads/2022/09/99836262-B7B3-413D-800C-5FADE0551927.webp?resize=696%2C322&ssl=1)
Sementara itu Dr. Esther Sri Astuti, INDEF mengatakan,”Kalau dilihat dari sisi ekonomi, industri otomotif mulai tanggal 1 September 2022 dengan adanya kenaikan harga BBM, alasannya pemerintah harus di kurangi subsidi nya, APBN pemerintah sudah megap megap, subsidi BBM ini harus dikurangi secara bertahap karena fiskal space nya semakin kecil selain utangnya semakin banyak dan tax ratio-nya makin kecil. Subsidi BBM ini dianggap memberatkan APBN apalagi pada saat pandemi defisit 3% dan dilebarkan sampai 6% harus dikurangi untuk lebih dialokasikan, kenaikan BBM termasuk dalam kelompok administratif, kenaikan harga barang mempunyai efek multiplayer, biaya produksi makin meningkat namanya inflasi.”
Dr. Esther Sri Astuti sepakat dengan pemaparan Kukuh Kumara bahwa penjualan otomotif tidak berpengaruh banyak dengan adanya dampak kenaikan BBM kecuali krisis selain menurunkan tingkat suku bunga kredit atau kenaikan suku bunga kredit. Begitu juga dengan penjualan mobil.
Hal ini ditanggapi oleh Hari Budianto, Sekretaris Umum AISI,” Adanya rasa ketakutan yang dihadapi pelaku industi otomotif tak perlu berlebihan akibat kenaikan BBM tapi solusi harus di cari.” Hingga pengujung tahun ini, AISI memasang target penjualan motor nasional bisa tembus 5,4 juta unit. AISI optimistis target tersebut bisa tercapai mengingat di tahun lalu, penjualan sepeda motor sudah tembus 5 juta unit dan mengalami peningkatan hingga 38 persen dibanding 2020.