AUTOINDO.ID, JAKARTA–Rumput hijau di Damai Indah PIK Golf Course berkilau diterpa cahaya pagi Jakarta. Di antara desir angin dan dentingan bola yang melesat, 144 pegolf amatir melangkah mantap, bukan hanya untuk menang, tetapi untuk menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar: BMW Golf Cup National Final 2025.
Ajang ini selalu punya cara sendiri untuk memancarkan aura eksklusif. Di setiap ayunan stik, ada elegansi yang sama dengan desain mobil-mobil BMW: presisi, kekuatan, dan keindahan yang tak berlebihan. Tahun ini, turnamen terasa lebih spesial, bukan hanya karena hadiah hole-in-one berupa dua mobil listrik BMW iX1 dan BMW iX, tetapi karena sebuah momen langka yang menjadi sejarah baru.
Peter “Sunny” Medalla, President Director BMW Group Indonesia, berhasil mencetak hole-in-one—untuk pertama kalinya dalam sejarah final nasional turnamen ini. Tepuk tangan menggema, bukan semata karena keberuntungan, melainkan karena simbol harmoni antara fokus, disiplin, dan passion. Semua nilai yang selama ini hidup dalam DNA BMW.
Dalam sambutannya, Medalla berkata dengan nada hangat,

“Selamat datang di BMW Golf Cup National Final 2025. Pagi yang indah ini terasa semakin istimewa dengan semangat dan antusiasme dari seluruh peserta. Hari ini bukan hanya tentang kemenangan, tetapi juga tentang kebersamaan, semangat kompetisi, dan kebahagiaan menjadi bagian dari sesuatu yang menyatukan kita melalui kecintaan terhadap olahraga golf.”
Turnamen yang telah berjalan lebih dari empat dekade ini kini menjadi kompetisi amatir internasional terbesar di dunia—lebih dari 100.000 peserta dari 30 negara ikut ambil bagian setiap tahunnya. Namun bagi BMW Group Indonesia, turnamen ini lebih dari sekadar olahraga. Ia adalah perayaan gaya hidup premium, semangat untuk berprestasi, dan jembatan antara inovasi otomotif dengan dunia yang penuh karakter.
Tiga juara nasional—Zachary Kristian, Joni Oktijono, dan Beth Hutagalung—akan membawa semangat Indonesia menuju BMW Golf Cup World Final 2026 di Fancourt, Afrika Selatan.
Di lapangan yang sunyi setelah sorak berhenti, hanya tersisa jejak langkah, bayangan matahari, dan pesan sederhana: bahwa presisi sejati tak hanya milik mesin, tapi juga hati yang berani bermimpi.







